Kamis, 07 Februari 2013

Kenapa Kader PPP Perlu Membentuk Jama'ah


Oleh: Zubairi Hasan dan Sahlul Fuad*

(Dikutip dari www.ppp-kabtegal.com. Pernah disampaikan dalam sebuah Silaturahmi Kader di Jawa Tengah)

Kelompok profesi adalah kelompok fungsional yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat sesuai dengan profesinya masing-masing, seperti kelompok tani, kelompok dagang, kelompok pemilik bengkel, dan lain sebagainya. Kelompok profesi bisa juga merupakan kelompok yang dibentuk untuk mendukung profesi tertentu. Misalnya, sejumlah pedagang membentuk Koperasi Simpan Pinjam sebagai upaya mendukung usaha perdagangan dari kelompok profesi itu.

Dalam Islam, kelompok itu bisa disebut jemaah, halaqah, majelis, dan lain-lain. Kata-kata berkelompok dalam literatur Islam bermakna positif, karena itu umat Islam tidak boleh merusaknya menjadi hal negatif, misalnya kelompok Geng Motor yang sering anarkis, tidak boleh menggunakan istilah Majelis Motor. Naudzubillah min dzalik…!

Kelompok profesi tidak perlu menggantungkan pada jumlah anggota, sehingga jika anggota yang bergabung sedikit, kelompok profesi itu perlu untuk tetap didirikan. Jadi, meskipun hanya terdiri dari 5 orang, bendera kelompok profesi sudah bisa dikibarkan. Apalagi kemajuan dari sebuah kelompok tidak berhubungan dengan jumlah, melainkan sangat tergantung pada kebersamaan kelompok itu untuk meraih peluang yang ada, meskipun peluang itu sangat kecil.

Mengingat profesi kader-kader PPP tidak hanya satu, karena setiap perubahan musim menimbulkan perubahan mata pencaharian seperti di musim hujan bertani, di musim lain berdagang, maka satu kelompok profesi bisa membawahi beberapa kegiatan secara bersamaan. Misalnya, kelompok “Sinar Rakyat” bisa menjadi menjadi kelompok tani, kelompok dagang, atau koperasi sekaligus. Yang penting, kepada masing-masing instansi pemerintahan di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota, kelompok itu terdaftar. Kalau didaftarkan ke dinas pertanian menjadi kelompok tani, jika di daftarkan ke dinas koperasi menjadi kelompok koperasi, dan seterusnya. Tapi kalau sumber daya manusia yang ada memadai, sebaiknya satu kelompok menangani satu profesi saja.

Urgensi Berkelompok
Kenapa kader-kader PPP, terutama di level paling bawah, perlu membentuk kelompok profesi?

Pertama, Allah menjanjikan bahwa orang-orang yang berkelompok akan ditinggikan derajatnya 27 kali lipat, seperti tersirat dari perintah untuk shalat berjemaah. Perintah shalat berjemaah, juga merupakan perintah agar di luar shalat pun umat Islam harus berjemaah. Percuma, jika kita rajin berjemaah, namun dalam kehidupan sosioal, ekonomi, dan politik umat Islam bercerai berai. Artinya, filosofi shalat berjemaah kurang dihayati untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, Allah menjanjikan bahwa orang-orang yang berjemaah akan mendapatkan berkah (al-barakatu ma’a al jama’ah). Berkah adalah sebuah konsep dalam Islam yang berarti penghasilan berapapun yang diterima selalu surplus atau mendatangkan manfaat jauh lebih besar dari nilai riil penghasilan itu. Misalnya, orang berpenghasilan Rp 5 juta, tapi hidupnya selalu kekurangan. Maka nilai Rp. 5 juta itu tidak berkah. Sebaliknya, orang yang berpenghasilan Rp. 1 juta, namun ia bisa menabung, berinfak, dan lain-lain, maka nilai Rp. 1 juta itu penuh dengan berkah.

Ketiga, dengan berkelompok maka kader-kader PPP akan saling bersilaturahmi, minimal dalam kelompok itu sendiri. Allah menjanjikan bahwa orang yang rajin bersilaturahmi akan mendapatkan umur yang panjang dan rizki yang luas. Selain itu, konsep rizki “min haitsu la yah tasib” kebanyakan jatuh pada orang yang sering berjemaah, baik dalam shalat maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat, di alam demokrasi, kelompok atau yang secara ilmiah disebut civil society atau masyarakat madani merupakan infrastruktur yang dapat memperkuat demokrasi itu sendiri, terutama untuk mencapai tujuan demokrasi yaitu pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik secara lahiriah maupun bathiniah.

Kelima, di alam demokrasi ini, kue pembangunan biasanya mengalir melalui kelompok. Jadi, program-program pembangunan dari pemerintah akan jatuh pada kelompok-kelompok yang ada, bukan melalui individu-individu. Karena itu, orang yang tidak berkelompok sangat sulit untuk mengakses kue pembangunan.

Kelompok Bukan Mie Instan
Setelah membentuk kelompok, kader-kader PPP tidak boleh berpikir instan, seperti merebus mie instan lalu menyantapnya. Artinya, setelah kelompok terbentuk, kita tidak bisa berharap akan mendapatkan bantuan saat itu juga. Walau begitu, salah satu keberadaan kelompok itu memang untuk menjaring bantuan yang halal dan legal, baik dari arah yang disangka maupun dari arah “min haistu la yahgtasib”. Namun selama bantuan belum datang, anggota kelompok tidak boleh berputus asa.

Ini berarti, kelompok profesi itu harus tetap melakukan kegiatan tertentu, meskipun belum ada bantuan dari pihak manapun. Minimal, kelompok profesi mengadakan tukar pikiran setiap bulan mengenai profesi yang digeluti bersama dan bagaimana memajukannya. Di saat itulah, insya Allah, kelompok profesi itu akan mendapatkan jalan keluar dari setiap persoalan yang menimpa masing-masing anggota maupun persoalan kelompok profesi itu sendiri.

*Zubairi Hasan, Ketua Departemen Website dan Jejaring Sosial DPP PPP Masa Bakti 2011-2015. Sahlul Fuad, Anggota Litbang DPP PPP Masa Bakti 2011-2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMPERTAHANKAN KEDALAMAN MAKNA PANCASILA

kETIDAKSUKAANMegawati pada saat Menjadi Presiden untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila setelah berhasil mengatasi pemberotakan Berda...