Sabtu, 20 April 2013

PARA KADER BUTUH KESEJAHTERAAN

JADIKAN PARA KADER PARTAI SEBAGAI KADER NIAGA.

Masa masa Pemilu, Pilpres, Pilgub dan Pilbup/ Walikota adalah masa masa panen bagi orang orang tertentu karena pada saat saat seperti akan berhamburan uang paea calon mengambil simpati untuk dipilih. Tidak kuirang kurang mereka yang jor joran mengeluarkan uang dalam jumlah yang tidak lagi masuk akal sehat. Tetapi itulah kenyataannya karena untuk menjadi calon legislatif saja orang harus menyediakan uang banyak baik untuk ongkos politik atau maupun dihambur hambur melalui pihak pihak yang memposisikan diri sebagai agen yang mengaku memiliki banyak massa yang dikuasainya. Permainan para calo plus transaksi lainnya dalam berpolitik ini membuat praktek politik semakin membutuhkan uang banyak harus dihambur hamburkan.

Jumat, 19 April 2013

Membina Kader Tak Ada Istilah Terlambat

FACHRUDDIN

PPP tak mungkin akan keluar sebagai pemenang dalam Pemilu tahun 2014 yang akan datang, kenapa , karena memang PPP tak memiliki gerak  dan program untuk keluar sebagai pemenang pertama dalam Pemilu yang akan datang. Lalu bila seandainya ada usaha untuk itu, apakah PPP berpeluang menang, tidak juga untuk Pemilu tahun 2014 ini, tetapi peluang PPP untuk memperbaiki peringkat tentu terbuka lebar. Memang tidaklah perlu PPP memforsir diri untuk keluar sebagai pemenang bila keadaan perpolitikan bangsa kita masih seperti ini, dalam perpolitikan yang serba riba ini saya ingin anjurkan agar PPP sekefar mempertahankan eksistensi partai, untuk tidak dikatakan sekedar menjaga agar tergradasi dari perpolitikan. Bila seandainya memungkinkan maka pada DPRD Provinsi dan Kabupaten/ Kota kita berharap PPP mampu mebentuk fraksi sendiri, itu saja sudah sangat pretise.

Quo Vadis Partai Islam-1/2


Minggu, 14 April 2013

POLITIK, BELAJAR DARI KASUS "TSUNAMI ACEH"

NEGARA ADIDAYA SANGAT BERKEPENTINGAN, KITA TAK BERDAYA KARENA MEMILIKI MENTAL KORUP, KORUPSI ADALAH KEHARUSAN DALAM SISTEM RIBA.

 Laut tenang di Selat Sunda.  


FACHRUDDIN
Tsunami Aceh telah lama berlalu dan kini nyaris kita lupakan, Padahal tsunami Aceh masih menyisakan pertanyaan besar yang tak kunjung terjawab, sejatinya peristiwa itu memiliki pelajaran yang sangatlah pentingnya, terkait ekonomi , kekuasaan dan politik. Siapa nyana peristiwa yang kita anggap peristiwa alam biasa ternyata adalah rekayasa politik, demi kekuasaan dan ekonomi. Sayangnya kita lemah sehingga tak mampu menjadikan peristiwa tsunami Aceh sebagai pelajaran dalam berpolitik baik global, nasional maupun regional dan bahkan lokal.
Bahkan kitapun ikut larut untuk mempraktekkan bahwa dalam politik dan kekuasaan bagaikan dua sisi mata uang yang menyengsarakan. Di setiap transisi kekuasaan, di negara adikuasa selalu ditopang oleh ekonomi dan militer, keduanya memiliki peran sentral dalam pergantian kekuasaan, dan inves untuk itu akan digantikan dengan cara menindas manusia umumnya yang tersebar dalam kemiskinan dan ketertinggalan. Penindasan penindasan itu dilakukan dalam praktek riba yang mahadahsyat. Banyak negara berkembang yang tak kuasa mengantisipasinya, dan mempertuturutkan hawa nafsu dan keserakahan mereka menjadi pilihan yang sangat menyakitkan.. Sepertinya Pemilu 2014 yang akan datang tidak akan hening dari praktik riba dalam berpolitik, yang tidak lain adalah untuk kepentingan ekonomi dan kekuasaan.

MEMPERTAHANKAN KEDALAMAN MAKNA PANCASILA

kETIDAKSUKAANMegawati pada saat Menjadi Presiden untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila setelah berhasil mengatasi pemberotakan Berda...