Senin, 19 November 2012

Parpol Islam Jatuh Karena Gagal Bela Kepentingan Muslim

Tak Punya "Isu Seksi" untuk Dijual ke Publik


LENSAINDONESIA.COM : Partai-partai Islam terancam terpuruk pada Pemilu 2014. Bila tak segera berbenah bukan tak mungkin partai-partai Islam akan mati sama sekali.

Berdasarkan Hasil Survei Lingkaran Survei Indonesia, Parpol Islam tersebut bahkan tidak masuk dalam lima besar partai politik yang memperleh suara signifikan.

Pasalnya Parpol Islam hanya berkutat di bawah 5% yang jauh di tinggalkan oleh parpol berbasis Nasionalis.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia, Adjie Alfaraby dalam paparannya di kantornya, JL. Pemuda, Rawamangun, Jakarta, Minggu (14/10) mengatakan, ada dua faktor yang menjadi sebab bakal terpuruknya partai Islam.

Pertama tak ada isu “seksi” yang bisa dijual ke publik. Kedua, partai Islam gagal memperjuangkan nasib umat Islam.

Bahkan dalam faktor pertama, kata Adjie, pasca reformasi tak ada isu ke-Islaman yang menggugah simpati umat Islam. Situasi ini berbeda dengan era Orde Lama dan Orde Baru.

Pada masa Orde Lama, partai Islam yang diwakili Masyumi dan Nahdhatul Ulama mendapat perhatian besar masyarakat. Hal itu terjadi karena ada pertarungan ideologis yang besar antara kelompok Islam dan kelompok komunis (PKI). Kondisi serupa terjadi di
era Orde Baru.

Partai Islam mampu mendapat simpati karena ada kebijakan pemerintah Orde Baru yang dianggap mengancam umat Islam.

“Saat Orde Baru dukungan pada PPP menguat karena ada isu azas tunggal Pancasila dan pelarangan syariat Islam oleh pemerintah,” jelasnya.

Faktor kedua, kata Adjie, disebabkan tak adanya perbedaan besar antara partai Islam dengan non-Islam. Dari sisi kinerja misalnya nyaris tak bisa dibedakan partai mana yang memperjuangkan Islam dan mana yang tidak.

Selain itu adanya keterlibatan kader partai Islam dalam sejumlah kasus korupsi turut mencuatkan kekecewaan publik.

Menurut Adjie partai Islam harus mengartikulasikan sikap ke-Islamannya dalam kerja konkret di masyarakat. Masyarakat sudah tidak bisa lagi dibohongi dengan hanya menjual simbol-simbol agama.

“Partai Islam mulai sekarang harus bisa merubah perilaku kerja politik mereka,” tandasnya.

Berkaca pada pemilu 2009, kata Adjie, ada catatan dari hasil tersebut pemenang pemilu adalah partai Nasionalis. Pertarungan Capres 2009, SBY percaya diri tanpa didampingi kekuatan Partai Islam, peta koalisi juga sama menghitung kekuatan Islam dan Nasionalis.

“Koalisi Capres 2004 juga merangkul kelompok nasionalis di banding dengan tokoh islam. Kekuatan politik islam dan nasionalis selalu menjadi pertimbangan kekuatan,” terangnya.

Survei LSI dilaksanakan pada tanggal 1-8 Okteber 2012. Dengan model wawancara langsung dengan jumlah 1200 responden dan tingkat margin of eror 2,9 %.

Menempatkan lima besar hasil survei bila pemilu di laksanakan hari ini. Suara partai lebih di kuasai partai nasionalis. Golkar 21, 0%, PDIP 17,2 %, Demokrat 14, 0 %, Gerindra 5,2% dan Nasdem 5,0%.

Sebaliknya tren Partai Islam terus menurun sampai 43, 7 % di tahun 1955 dan tahun 2009 jatuh ke angka 23, 1 %, bila pemilu 2012 di laksanakan partai islam turun ke angka 22, 1 % dn hampir semua dukungan Parpol Islam berada di bawah 5%. @hidayat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMPERTAHANKAN KEDALAMAN MAKNA PANCASILA

kETIDAKSUKAANMegawati pada saat Menjadi Presiden untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila setelah berhasil mengatasi pemberotakan Berda...