Selasa, 24 September 2013

Poros Tengah Jilid II Bangun Kepagian

 Sutomo Paguci.

Koalisi Poros Tengah Jilid II digagas oleh tokoh politik lintas partai seperti Amien Rais, Priyo Budi Santoso Cs. Tujuan terpentingnya adalah untuk memajukan capres dari kalangan muslim. Belum apa-apa manuver politik Amien Cs ini sudah menuai kritik yang cukup kuat argumennya. Penulis pun mencermatinya dalam beberapa hal.
Pertama, tentu saja ide ini kepagian. Bukankah saat gagasan ini dimunculkan belum jelas mana poros kanan dan kiri. Logika sederhana, jika ada poros tengah maka tentunya ada poros kiri dan kanan, siapa mereka? Kelompok mana yang berhadapan vis-a-vis satu sama lain sehingga perlu poros di tengahnya. Belum jelas. Pileg saja belum.
Dugaan sementara Koalisi Poros Tengah Jilid II dimaksudkan untuk berada ditengah-tengah pertarungan sesama kalangan nasionalis, yakni antara PDI Perjuangan dan (mungkin) Partai Demokrat atau Golkar. Setidaknya untuk jaga-jaga andai terjadi pertarungan vis-a-vis diantara mereka, sehingga perlu poros ketiga (islam) yang berada di tengah untuk merebut kekuasaan.

Harusnya, jika benar demikian, Koalisi Poros Tengah Jilid II digagas ketika realitas politik sudah memperlihatkan ada dua kubu yang bertarung satu sama lain, sehingga diperlukan poros di tengahnya untuk kemungkinan merebut kekuasaan.
Kedua, tujuan ideologis Koalisi Poros Tengah Jilid II tidak lagi relevan dengan realitas perpolitikan Indonesia saat ini, kalau tidak disebut kontraproduktif karena berbau sektarian.
Saat ini perpolitikan tanah air tidak kental lagi pertarungan ideologi politik, karena masing-masing partai sudah cair, baik kalangan naionalis maupun agama. Biasa terjadi partai nasionalis berkoalisi dengan partai agama baik di pusat maupun di daerah. Seperti Partai Demokrat yang berkoalisi dengan PKS, PKB dan PAN di level pusat. Hal yang sama terjadi dalam pemilukada.
Ketiga, Koalisi Poros Tengah Jilid II mengasumsikan harus berhasil merebut kekuasaan. Namanya juga poros tengah. Akan aneh jika setelah kontestasi pemilu berlangsung ternyata kalah lalu merapat ke salah satu poros yang memenangkan pertarungan. Bukan lagi poros tengah namanya.
Karena itu, Koalisi Poros Tengah Jilid II rawan gigit jari dalam pertarungan perebutan kekuasaan yang makin pragmatis dan non-ideologis menuju 2014. Maka tak mengherankan manakala PKB nyatakan tak tertarik ikut dalam barisan Koalisi Poros Tengah Jilid II, sebagaimana diutarakan Wasekjen PKB Abdul Malik Haramin (Kompas, 20/9/2013).
Saat ini partai menengah atas yang benar-benar ideologis di Indonesia hanyalah PDI Perjuangan. Kebetulan hanya PDI Perjuangan partai yang relatif besar dan bersedia jadi oposisi ketika kalah dalam kontestasi pemilu. Yang lain, termasuk PKS, tidak seideologis PDI Perjuangan. Buktinya terlihat manakala PKS bersedia berkoalisi dengan partai berhaluan non-agama/nasionalis (Demokrat) yang menang pemilu.
Partai-partai selebihnya fokus meraih kekuasaan, tak penting lagi persoalan ideologi. Karenanya, tak relevan lagi poros-porosan. Yang penting meraih kekuasaan. Saat ini mungkin menyatakan sebagai lawan politik namun bisa saja berbalik jadi kawan (berkoalisi) ketika positif kalah dalam pemilu. Yang penting dapat bagian kue kekuasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMPERTAHANKAN KEDALAMAN MAKNA PANCASILA

kETIDAKSUKAANMegawati pada saat Menjadi Presiden untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila setelah berhasil mengatasi pemberotakan Berda...