Sabtu, 31 Agustus 2013

Menakar Militansi Kader Kita.

Dengan suara terbata-bata Dr.(HC) Suryadharma Ali, M.Si, Ketua Umum PPP mengatakan bahwa PPP selama ini telah mengalami kehilangan sesuatu yang sangat berharga, yaitu semakin menipisnya semangat dan militansi kader ..., katanya dengan penuh kegalauan yang sulit ditutupinya. Tugas kita pada saat ini adalah membesarkan kembali PPP yang dahulu nyata kebesarannya. Untuk membesarkan PPP yang memiliki karakter khas ini memang dibutuhkan semangat dan militansi kader. Untuk membesarkan PPP uang bukanlah segala galanya, karena partai yang dibesarkan dengan uang ternyata bukan pula jaminan sebagai partai yang kokoh. Mari kita belajar dari perang Vietnam-Amerika. Dalam peperangan itu peralatan perang bukanlah segala galanya, terbukti peperangan itu justeru dimenangkan oleh Vietnam yang hanya memiliki peralatan yang sangat terbatas.
Ternyata dalam peperangan modernpun uang dan alat peperangan bukan jaminan, siapa yang menyangsikan banyaknya uang yang dimiliki Amerika, demikian juga dengan peralatan perang yang supermodern itu. Memang dalam hampir semua pertempuran dapat dipastikan akan diungguoli Amerika, tetapi aneh bin ajaib justeru peperangan dimenangkan oleh Vietnam. Kita sangat memahaminya karena Indonesia jauh labih dahulu telah mengalami semua itu, tidak salahnya bila kita kembali membuka lembaran sejarah " Perang Kemerdekaan Indonesia " betapa kualahannya prajurit penjajah Belanda dalam menghadapi perlawanan Tentara Rakyat Indonesia yang hanya bermodalkan bambu runcing belaka. Para tentara rakyat itu baru akan memiliki selaras senjata api manakala Ia berhasil menyergap tentara penjajah Belanda yang lengah, tentara kita sepertyi apa yang dikatakan oleh pepatah sebagai 'Patah Satu Tumbuh seribu'.

Kata Suryadharma Ali
sudah nyata banyak dihadapan kita bermunculan kader yang jauh lebih bersemangat membicarakan masalah uang daripada membicarakan program. Sudah berulangkali katanya DPP melontarkan program program baik kepada DPW maupun kepada DPC tetapi program itu kurang mendapatkan respon yang optimal, sehingga nyaris dapat disimpulkan bahwa penurunan kualitas kader ini dimulai dari kemalasan kemalasan, para kader berlindung dibalik berbagai alasan untuk membenarkan kemalasan yang dipertahankannya itu.

Kemalasan itulah yang selanjutnya mendorong para kader untuk berbuat yang instan, sehingga semua program menjadi sangatlah mahalnya, dan banyak mereka itu mengira segala sesuatunya dapat diselesaikan dengan uang. Memang kemalasan itu melahirkan kondisi tampa uang semua tidak akan berjalan, tetapi mereka tidak menyangka jika uang juga ternyata tidak menyelesaikan masalah.

Tetapi jelas kita berharap kepada Suryadharma Ali tidaklah berhenti hanya sampai disitu saja, karena berbagai kondisi yang kurang menguntungkan yang menggiring para kader kita menjadi malas dan juga boros. Mereka mengira segala gerak adalah uang, politik seperti apa yang dipertontonkan di era reformasi ini adalah seolah untuk memperjuangkan kepentingan bagi mereka yang memiliki uang untuk meraih kekuasaan dengan uang yang dimilikinya itu. Partai besar dan partai baru semua dibesarkan oleh uang, sehingga banyak generasi muda yang mengira bahwa politik adalah bekerja membantu cita cita si pemilik uang.

Itulah sebabnya banyak kader yang fragmatis. Karena para fungsionarispun seperti mengaminkan image keliru ini.Jarang diantara kita menentang image buruk yang berkembang tentang politik. Aktif dalam politik yang ada dalam benak mereka adalah mendapatkan limpahan uang dari mereka yang berambisi mendapatkan kekuasaan. Program yang akan dilaksanakan oleh kader sering hanya sekedar dalih untuk mendapatkan sejumlah uang, aktivitas mereka dalam berpolitik seperti tak lebih hanya alasan untuk mendapatkan uang dari mereka yang berambisi. Cerita sambung menyambung melalui penuturan si A. dapat sekian dalam menjadi tim sukses, si B. mendapat sekian dan seterusnya, hanya menambah jauh darui makna kader politik yang ideal.

Tekad PPP untuk memerangi politik transaksional, sepertinya hilang begitu saja diteklah kehirukpikuan politik, Pilkada dan pen-Caleg-kan. Apalagi sikap PPP tentang ini sepertinya sekedar nuansa yang dihiaskan dalam berbagai retorika belaka. Tidak ada petunjuk petunjuk khusus untuk mengantisipasi politik transaksional terlebih dalam Pilkada baik Provinsi maupun Kabupaten/ Kota. Pilkada benar benar telah meluluhlantakkan pengertian dan kualitas kader yang kita idamkan bersama untuk kejayaan politik agama di mana PPP bersikukuh mempertahankan dalam azasnya.

Harapan Suryadharma Ali dalam menetapkan 20 kader dalam 1 TPS sepertinya akan berlalu begitu saja tertelan tuntutan uang saksi. TPS dalam Pemilu yang lalu berjumlah 15.020 berarti dicari 300.400 orang kader, bisa dibayangkan bila seandainya masing masing kader membawa dua orang maka yang akan memilih PPP adalah 900.129 orang pemilih. semestinya program ini segera direalisasikan yang pada saatnya, bulan november yang akan datang Suryadharma Ali yang berjanji akan ke Lampung, nama nama 300.400 orang telah siap memilih PPP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMPERTAHANKAN KEDALAMAN MAKNA PANCASILA

kETIDAKSUKAANMegawati pada saat Menjadi Presiden untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila setelah berhasil mengatasi pemberotakan Berda...