Selasa, 07 Mei 2013

Memahami Kebutuhan Anggota Jaringan dengan Teori Maslow.





FACHRUDDIN.

Membentuk jaringan dalam partai bukan hanya sekedar untuk mendapatkan perolehan suara dan tercapainya kursi yang diinginkan, tetapi untuk jangka panjang adalah dalam rangka mempertahankan eksistensi partai.Sehingga memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu yang dirasakan bermanfaat bagi ummat. Selama ini PPP tidak nampak berusaha membentuk jaringan jaringan untuk tingkat bawah. Masalah jaringan masih terhenti sebatas pidato pidato pimpinan partai.  Walaupun kenyataannya masih didapatkan suara dukungan yang cukup signifikan, itu diakibatkan oleh pemilih fanatic belaka. Mereka memiliki hubungan emosional dengan Masyumi dan selanjutnya yang demikian terikatnya dengan lambang lambang keislam lainnya. Dukungan pemilih fanatic ini menunjukkan grafik yang menurun. Oleh karenanya tidak dapat dijadikan andalan oleh partai. Partai harus menjadi partai yag modern, yang memiliki kemampuan untuk membangun jaringan hingga tingkat bawah.Untuk memahami kepentingan para kader tingkat bawah kita dapat memanfaat teori Maslow.

Bila Golkar

dalam beberapa Pemilu berhasil keluar sebagai pemenang dan mutlak, itu lantaran dukungan Pemerintah dan ABRI, PDIP meraih kemenangan lantaran rasa fanatisme kepada Soekarno dan Megawati, Demokrat keluar sebagai pemenang lantaran popularitas SBY. Pemilih fanatic semakin berkurang, sedangkan cara cara yang kurang demokratis akan bertentangan dengan HAM, sedangkan popularitas semakin menunjukkan wujud dukungan semu. Sejalan dengan semakin pintarnya ummat, maka dibutuhkan langkah langkah partai yang rasional dan didukung oleh berbagai teori. Dalam memberdayakan jaringan, maka sebuah teri yang dikemukakan oleh Maslow menjadi menarik untuk kita semak bersama.

Maslow's hierarchy of needs is a theory in psychology, proposed by Abraham Maslow in his 1943 paper A Theory of Human Motivation. (A.H. Maslow, A Theory of Human Motivation, Psychological Review 50(4) (1943):370-96. ) Maslow subsequently extended the idea to include his observations of humans' innate curiosity. His theories parallel many other theories of human developmental psychology, all of which focus on describing the stages of growth in humans.
Teori Maslow (1954) “That people’s needs depend on what they already have. In a sense, then, a satisfied needs isn’t a motivator. Human needs, organized in a hierarchy of importance, are physiological, safety, belongingness, esteem, and self actualization”
Abraham Harold Maslow (1908 - 1970)
adalah psikolog Amerika yang merupakan seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan manusia.

Teori dari kebutuhan individu yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, lebih dikenal dengan sebutan ”Hierarchy of Needs” atau teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, setiap manusia memiliki hirarki kebutuhan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Jika kebutuhan yang paling rendah telah terpenuhi, maka akan muncul kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi. Adapun kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut teori Maslow adalah :

Pertama : Kebutuhan Fisik (Biological and Physiological needs) Contoh : makan, minum, udara, tidur, sex. Kedua : Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs) Contoh : keselamatan, perlindungan, hokum. Ketiga : Kebutuhan Sosial (Belongingness and Love Needs) Contoh : keluarga, kasih sayang, hubungan. Keempat : Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) Contoh : status, respek, reputasi, dan yang kelima adalah : Kebutuhan Aktualisasi Diri Contoh : pertumbuhan potensi diri, pemenuhan diri Menurut Maslow, terdapat lima hirarki kebutuhan manusia, yaitu:

1.   Physiological (Fisiologi). Physiological needs atau kebutuhan fisiologi seringkali disebut sebagai basic needs atau kebutuhan dasar. Hal ini dikarenakan kebutuhan fisiologi berada pada tataran paling rendah dalam teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologi antara lain meliputi sandang, pangan, papan dan kebutuhan biologis lainnya.

2.    Safety (Rasa Aman). Yang dimaksud dengan kebutuhan rasa aman antara lain meliputi keamanan (security) dan proteksi (perlindungan) dari gangguan, baik gangguan yang bersifat fisik maupun emosional.

3.   Social (Sosial) atau Belongingness Needs. Kebutuhan sosial antara lain meliputi cinta kasih (affection), rasa memiliki, penerimaan sosial (acceptance) dan perkawanan (friendship).

4.   Esteem (Penghargaan). Kebutuhan akan penghargaan terdiri dari dua jenis, yaitu internal esteem (penghargaan internal) dan external esteem (penghargaan eksternal). Faktor penghargaan internal antara lain adalah self-respect (menghargai diri sendiri), autonomy (otonomi, yaitu kewenangan mengatur diri sendiri), dan prestasi (achievement). Sedangkan penghargaan eksternal merupakan kebutuhan penghargaan yang diberikan pihak eksternal pada seseorang, antara lain berupa status, pengakuan dan perhatian.

5.   Self-actualization (Aktualisasi Diri). Kebutuhan aktualisasi diri merupakan dorongan pada diri seseorang untuk menjadi orang yang capable (memiliki kemampuan handal), yaitu antara lain terkait dengan kebutuhan untuk berkembang (growth), pencapaian potensi diri maupun self fulfillment (pemenuhan keinginan diri sendiri). Kebutuhan aktualisasi diri pada teori kebutuhan Maslow ditempatkan pada strata tertinggi.

Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Menurut Maslow, kebutuhan manusia memiliki hirarki atau tingkatan. Berdasarkan teori Maslow, manusia pada awalnya akan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar (basic needs). Selama kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, manusia akan kurang memperhatikan jenis kebutuhan lain yang stratanya lebih tinggi. Kalau seseorang sudah terpenuhi kebutuhan fisiologisnya, maka orang tersebut baru memikirkan kebutuhan akan rasa aman (safety), dan seterusnya.

Teori hirarki kebutuhan Maslow digambarkan dalam piramida.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa : Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan dating.

Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya..Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga.

Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.

Teori ini sudah sangat lama dan pasti kita semua sudah sangat mengenalnya, dan selalu saja dijadikan pertanyaan pertanyaan ketika kita masih di bangku kuliah. Tetapi sayang partai partai yang ada kurang memperhatikannya. Bahkan secara serampangan para politisi lebih memilih memiankan politik uang. Politik kotor ini sekarang semakin menunjukkan timbulnya kerusakan kerusakan melalui praktek korupsi. Bahkan dimata masyarakat tindak korupsi yang dilakukan oleh politisi berada pada rengking atas. Parpol membutuhkan dana yang luar biasa banyaknya. Sementara masyarakat telah dalam beberapa kali Pemilu dirusak oleh praktek penghamburan secara jorjoran.

Akhirnya ummat menunjukkan rasa kebenciannya kepada partai, ditandai dengan sedikitnya angka partisipasi, setidaknya kita lihat dalam kasus Pilkada Jabar dan Sumut. Beberapa hari lagi akan ada Pilkada NTB, apakah pilkada NTB ini akan menunjuukkan ekspressi kemuakan ummat kepada partai. Marilah kita benahi partai dengan cara kembali mendekati dan membina ummat dengan membuat jalinan jaringan jaringan partai yang terdiri dari kader kader yang mampu menekspressikan visi dan missi partai. Untuk membina jaringan ini, maka salah satunya kita harus memperhatikan teori Maslow yang sangat menarik ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMPERTAHANKAN KEDALAMAN MAKNA PANCASILA

kETIDAKSUKAANMegawati pada saat Menjadi Presiden untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila setelah berhasil mengatasi pemberotakan Berda...