jauh-jauh hari meski sebagian tidak mengakui secara terang benderang.
Propaganda, manufer, intrik serta gesekan-gesekan di lapangan terjadi kian kesini kian
memanas. Terang benderang, semakin vulgar. mulai dari sikut-sikutan, sekarang sudah
mulai antem-anteman. adu jotos. siapa kuat dia belum tentu menang begitu kira-kira dalam
politik. semua ada harganya.
Wanni Pirrooo….?
mencoba sedikit kita flashback pada secuil partai heboh….mulai dari Nasdem yang
awalnya melangkah smooth.demi memenuhi quota ngikut Pemilu Pentolan Nasdem,
bermanufer menebar janji, Wanni Pirro..
bla bla bala sampai sounding setiap Caleg Nasdem disupport Dana Min 1 Milyar.
Berduyun-duyun rebutan masuk Nasdem, bahkan yang sudah menjadi anggota
Partai lain,termasuk kader-kader Golkar pun mencoba peruntungan masuk Partai Baru
ini. terlebih waktuitu suntikan menjanjikan dari Pemimpin MNC Group, membuat partai
baru ini seolah-olah akan flying high.lalu Buuuummm…. sandungan terjadi. ribut di dalem,
janji terbukti kosong, berduyun-duyun ditinggal pergi.
Golkar, partai klasik warisan ORBA dibawah nahkoda ARB, sudah terkunci mati.
sounding, manufer propaganda sang Maestro, ARB, pun diawal-awal tampak
smooth dan menjanjikan dengan janji manis, ARB memiliki dana fresh money melimpah
ruah, hasil penjualan dan kapitalisasi KPC, Bumi Resources, dan macem-macem
konsolidasi internal Group Bakrie, yang belakangan mulai melangkah gontai, karena
kelelahan dengan hantaman Lapindo, serta Pajak-pajak yang diindikasikan dikemplang
dan bisa jadi sudahmulai disidik KPK. belum lagi spekulasi-spekulasi short selling Bumi
Resources yang digadai ke China dan jatuh tempo antara Desember 2013 ini.
Kapitalisasi panas dingin itu, sangat nyata terindikasi dilapangan, dengan dilegonya beberapa proyek-proyek Bakrie Group,dari mulai Jalan Tol, Bakrie Land, Property, sampai Unit Biz
Finance and Tradingnya yang mengalami pendarahan pada CashFlownya. banyak pula subcontraktor yang mengeluh pekerjaanya tidak dibayar dengan berberbagai macam alesan,
bahkan ada sampai dua tahun nunggak belom dibayar.
Demokrat?
Dah dari jauuuh hari, limbung. gocekan KPK telah membuat SBY menghitung langkah.
belum lagi suitan Nazarudin dari luar arena, telah membuat kubu ini menggigil. Bonus,
belakangan ocehan Annas dengan PPInya demi menjaga momentum sebagai Politikus,
sedikit banyak membuat Dinasti Cikeas mulai bangun tengah malam.
efek PKS dengan SAPInya, Century, SAPI, Hambalang, Bunda SAPI, Bunda Putri,
Gank Malarangeng, Annas, Nazaruddin, dan macem-macem yang laen telah menghentak
dan semakin membuat Sang Penguasa ragu dan tidak pede.
Lain lagi dengan PDI-P.
Meski terlihat smooth dan adem ayem, masalah klasik masih mendera partai ini.
problem internal sebagai partai konservatif sebenarnya sangat menggangu gerak '
langkah serta manufer di lapangan. perlu hitung-hitungan yang lebih matang
kalo tetep jagonya Megawati sebagai Capres. kita itu mayoritas Muslim dengan
penganut NU militan. apa artinya?
Pandangan para pinisepuh, pilihan pada pemimpin wanita itu adalah pilihan terakhir
dan itu di Amiiienin secara militan. jadi itu artinya Megawati sebenarnya adalah kartu
mati bagi PDI-P. lingkar dalam seputar Mega sepeninggal Taufik Kiemas, tampaknya
belum bisa memberikan sinyal-sinyal watchdog ini. kalau saia boleh beropini,
sebenarnya kartu mati bagi perpolitikan Indonesia itu ada dua, Pemimpin Wanitat dan Muhammadiyah.
sebersih apapun, sepintar apapun, sekuat apapun seorang Calon Pemimpin Nasional
yang diarak dan diusung dari Muhammadiyah, sangat kecil kemungkinan untuk menang
secara nasional.begitu pun, sepandai apapun, sebersih apapun, sekuat apapun dari
partai kuat apapun kalau dia wanita, kecil kemungkinan untuk menang bila dicalonkan
sebagai pemimpin secara nasional.
itu kunci nya!
kita mayoritas NU, kalau suara NU bulet, kunci itu akan nyata dan paten. makanya
suara kalangan NU tidak pernah dibikin bulet, untuk menciptakan momentum ruang
bermanufer dan meningkatkan tingkat probabilitas sang calon presiden, terlebih
incumben.jadi….akan dimana kah posisi kita pada ruang politik ini?
Kompasiana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar