SEJARAH SINGKAT TENTANG TIDORE
Tidore merupakan salah
satu pulau kecil yang terdapat di gugusan kepulauan Maluku Utara, tepatnya di
sebelah barat pantai pulau Halmahera. Sebelum Islam datang ke bumi Nusantara,
pulau Tidore dikenal dengan nama; “Limau Duko” atau “Kie Duko”,
yang berarti pulau yang bergunung api. Penamaan ini sesuai dengan kondisi
topografi Tidore yang memiliki gunung api –bahkan tertinggi di gugusan
kepulauan Maluku– yang mereka namakan gunung “Kie Marijang”. Saat ini, gunung Marijang sudah tidak aktif lagi. Nama Tidore
berasal dari gabungan tiga rangkaian kata bahasa Tidore, yaitu : To ado re, artinya, ‘aku telah sampai’.
Sejak awal berdirinya
hingga raja yang ke-4, pusat kerajaan Tidore belum bisa dipastikan. Barulah
pada era Jou Kolano Balibunga, informasi mengenai pusat kerajaan Tidore
sedikit terkuak, itupun masih dalam perdebatan. Tempat tersebut adalah
Balibunga, namun para pemerhati sejarah berbeda pendapat dalam menentukan di
mana sebenarnya Balibunga ini. Ada yang mengatakannya di Utara Tidore, dan
adapula yang mengatakannya di daerah pedalaman Tidore selatan.
Pada tahun 1495 M, Sultan
Ciriliyati naik tahta dan menjadi
penguasa Tidore pertama yang memakai gelar Sultan. Saat itu, pusat kerajaan
berada di Gam Tina. Ketika Sultan Mansyur naik tahta tahun 1512 M, ia memindahkan pusat
kerajaan dengan mendirikan perkampungan baru di Rum Tidore Utara. Posisi ibukota baru ini
berdekatan dengan Ternate, dan diapit oleh Tanjung Mafugogo dan pulau Maitara. Dengan keadaan laut yang
indah dan tenang, lokasi ibukota baru ini cepat berkembang dan menjadi
pelabuhan yang ramai.
Dalam sejarahnya,
terjadi beberapa kali perpindahan ibukota karena sebab yang beraneka ragam.
Pada tahun 1600 M, ibukota dipindahkan oleh Sultan Mole Majimo (Ala ud-din Syah) ke Toloa di selatan Tidore. Perpindahan ini disebabkan
meruncingnya hubungan dengan Ternate, sementara posisi ibukota sangat dekat,
sehingga sangat rawan mendapat serangan. Pendapat lain menambahkan bahwa,
perpindahan didorong oleh keinginan untuk berdakwah membina komunitas Kolano Toma
Banga yang masih animis agar
memeluk Islam. Perpindahan ibukota yang terakhir adalah ke Limau Timore di masa Sultan Saif ud-din (Jou Kota). Limau Timore ini kemudian berganti nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini.
EKSPANSI TIDORE KE TIMUR NUSANTARA
Selain Kerajaan
Ternate, Kerajaan Tidore juga merupakan salah satu Kerajaan besar di jazirah
Maluku Utara yang mengembangkan kekuasaannya terutama ke wilayah selatan pulau
Halmahera dan kawasan Papua bagian barat. Sejak 600 tahun yang lalu Kerajaan
ini telah mempunyai hubungan kekuasaan hingga sampai ke Irian Barat (Pesisir
Tanah Papua) sebagai wilayah taklukannya. Waktu itu, yang memegang kendali
kekuasaan pemerintahan di Kerajaan Tidore, ialah Sultan Mansyur, Sultan Tidore yang ke 12.
Menurut (Almarhum) Sultan
Zainal Abidin “Alting” Syah, Sultan Tidore yang ke 36, yang dinobatkan di
Tidore pada tanggal 27 Perbruari 1947, yang bertepatan dengan tanggal 26
Rabiulawal 1366.H, bahwa Kerajaan Tidore terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Nyili Gam
a. Yade Soa-Sio se
Sangadji se Gimelaha
b. Nyili Gamtumdi
c. Nyili Gamtufkange
d. Nyili Lofo-Lofo
2. Nyili Papua (Nyili Gulu-Gulu).
a. Kolano Ngaruha
(Raja Ampat)
b. Papua Gam Sio
c. Mavor Soa Raha
(This statement
allegedly made by Zainal Abidin Syah)
Dalam catatan tersebut
dengan sendirinya bukanlah “Irian Barat” yang disebutkan, melainkan “Papua“. Selain dari Papua, juga pulau-pulau di
sekitarnya seperti pulau Gebe, pulau Patani, Kepulauan Kei, Kepulauan Tanimbar,
Sorong, Gorong, Maba, Weda, juga termasuk dibawah naungan Kerajaan Tidore.
Disebutkan “Under the Dutch rule,
all legal documents were first sent to the “The Kingdom of Tidore for oka
before being used in the above mentioned provinces, which were once the
property of the Kingdom of Tidore._Tombuku and Banggai were under the rule of
the Kingdom of Ternate before Dutch rule”.
Di bawah ini adalah
salinan catatan sejarahnya dalam “Bahasa Tidore” ketika Sultan Mansyur, Sultan Tidore yang pernah mengadakan
expedisi ke pulau Halmahera bagian selatan sampai di “Papua” dan pulau-pulau
sekitarnya.
“Madero toma jaman yuke ia gena e jaman “Jou Kolano Mansyur”
Jou Lamo yangu moju giraa2 maga i tigee Jou Kolano una Mantri una moi2 lantas
wocatu idin te ona: Ni Kolano Jou Ngori ri nyinga magaro ngori totiya gam
enareni, tiya Mantri moi2 yo holila se yojaga toma aman se dame madoya.
Ngori totagi tosari daerah ngone majoma karena daerah ngone
enareni yokene foli, kembolau gira toma saat enarige ona jou Mantri moi-moi yo
marimoi idin enarige, lantas Jou Kolano una rigee wotagi wopane oti isa toma
Haleyora (Halmahera) wodae toma rimoi maronga Sisimaake wouci kagee lalu wotagi
ine toma Akelamo lantas kagee wotomake jarita yowaje coba Jou Kolano mau hoda
ngolo madomong kataa, gena e lebe laha Jou Kolano nowako koliho mote toma
lolinga madomong kataa, gena e lebe laha Jou Kolano nowako koliho mote toma
lolinga karena kagee seba foloi.