Setidaknya kehadiran Syamsurya dalam bursa cawagub Demokrat memunculkan spekulasi dari berbagai kalangan. Pasalnya, Syamsurya adalah adik kandung Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
Seperti diketahui, Ryamizard sendiri bekas atasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Majelis Tinggi/Ketua Umum DPP Partai Demokrat, saat masih aktif di TNI dahulu. Bisa diterka, kemana arah Demokrat dalam menentukan calon gubernur (cagub)/cawagub. Kalangan pengamat politik menilai, Ryamizard bisa membawa pengaruh besar terhadap penentuan cagub/cawagub yang diusung Demokrat.
“Jelas ini manuver yang luar biasa. Bagaimana cara pendekatan ke Demokrat melalui faktor hubungan emosional. Ryamizard adalah sosok yang saat ini masih dihormati oleh SBY,” kata Pengamat Politik Unila, Syafarudin, Rabu (12/6).
Namun, kata Syafarudin, startegi untuk mendapatkan perahu Demokrat tersebut masih belum sepenuhnya terbaca. Sebab, Syamsurya sendiri saat ini maju sebagai cawagub, bukan cagub. Yang menjadi pertanyaan, lanjut Syafarudin, siapa sosok yang tampak sedemikian rupa memasang Syamsurya sebagai cawagub Demokrat.
“Jelas ini setingan salah satu cagub. Dengan memasang Syamsurya sebagai kartu truff untuk mendapatkan Demokrat. Tapi, ini masih menjadi teka-teki, meski nantinya pun pasti terjawab juga. Yang jelas ini adalah skenario yang cantik,” ujar Kepala Laboratorium Politik Unila itu.
Meski begitu, Syafarudin memprediksi, pertarungan ditingkat cawagub untuk mendapatkan perahu Demokrat, tampaknya tak mudah. Sebab, Syamsurya sendiri masih akan berhadapan dengan sejumlah kader demokrat lainnya yang juga maju sebagai cawagub. Seperti Wakil Ketua Komisi I DPRD Lampung Hartarto Lojaya misalnya.
Syafarudin menilai, Hartarto yang memang kader Demokrat sendiri juga memiliki kans yang besar untuk mendapatkan perahu Demokrat sebagai cawagub. Sebab, selain sebagai kader, Hartarto mempunyai basis massa yang rill. Hartarto, lanjutnya, memiliki beberapa modal seperti unsur kapitalis, karena dia juga pengusaha. Dan dia juga punya jaringan sosial yang lumayan berpengaruh, karena keterlibatannya di berbagai organisasi olahraga, sosial dan lainnya.
“Orang yang cuma bermodal dengan capital, juga tidak bisa dijamin. Sekarang itu kedepan orang akan melihat cantelan sosial juga. Nah kalau politik, kita tahu lah Demokrat nggak perlu modal cantelan politik, secara politik Demokrat sebagai partai terbesar karena memiliki 14 kursi di DPRD,” sergahnya.
Elektabilitas Ridho Jeblok
Lebih jauh, Syafarudin menilai, dalam menentukan siapa cagub yang akan diusung partai tersebut, DPP jelas akan memutuskan hal-hal yang bersifat rasional. Itu, sambungnya, mengingat pengalaman yang terjadi di Demokrat sendiri dalam mengusung cagub/cawagub dibeberapa daerah.
“Saya kira dalam memutuskan, Demokrat akan lebih mengutamakan rasional dari pada emosional serta faktor finansial. Lihat saja, beberapa kali pilgub di daerah seperti Jawa Tengah Demokrat kalah. Saya kira DPP akan memutuskan lebih kepada fakta objektifitas. Yang betul-betul kader dan memiliki elektabilitas tinggi,” jelasnya.
Dua nama beken ditubuh Demokrat yakni Ridho Ficardo dan Zulkifli Anwar adalah sosok yang digadang-gadang saling berebut Demokrat. Namun, jika melihat popularitas maupun elektabilitas, Ridho belum memiliki itu semua.
“Kalau info yang saya dapat dari berbagai media sosial seperti twitter, hasil survey yang dilakukan DPP Demokrat terhadap Ridho, nilainya jeblok. Sekarang itu uang banyak atau unlimited tidak jaminan, terbukti di beberapa Pilkada Demokrat KO (kalah, red),” tandasnya. FS-Hendra Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar